Rabu, 10 April 2013

PATUNG SANG PEMAHAT


PATUNG SANG PEMAHAT

          Suatu ketika, hiduplah seorang pemahat. Pemahat ini, bekerja pada seorang raja yang masyhur dengan tanah kekuasaannya. Wilayah pemerintahannya sangatlah luas. Hali itu membuat siapapun yang mengenalnya, menaruh hormat pada raja ini. Sanga pemahat, sudah lama sekali bekerja pada raja ini. Tugasnya adalah membuat patung-patung yang diletakkan menghiasi taman-taman istana. Pahatannya indah, karena itulah, ia menjadi kepercayaan raja itu sejak lama. Ada banyak raja-raja sahabat yang mengagumi keindahan pahatannya saat mengunjungi taman istana.

          Suatu hari, sang raja mempunyai rencana besar. Baginda ingin membuat patung dari seluruh keluarag dan pembantu-pembantu terbaiknya. Jumlahnya cukup banyak, ada 100 buah. Patung-patung keluarga raja akan di letakkan di tenagh istana, sementara patung prajurit dan pembantunya akan di letakkan di sekeliling taman. Baginda ingin, patung-patung itu tampak sedang melindungi dirinya.

          Sang pemahat pun mulai bekerja keras, siang dan malam. Beberapa bulan kemudian, tugas itu hampir selesai. Sang raja kemudian datang memeriksa tugas yang di perintahkannya. ”Bagus. Bagus sekali, ujar sang raja. ”sebelum aku lupa, buatlah juga patung dirimu sendiri, untuk melengkapi monumen ini.”

          Mendengar perintah itu, pemahat ini pun mulai bekerja kembali. Setelah beberapa lama, ia pun selesai membuat aptung dirinya sendiri. Namun sayang, pahatannya tak halus. Sisi-sisinya pun kasar tampak tak dipoles dengan rapi. Ia berpikir, untuk apa membuat patung yang bagus, kalau hanya untuk di letakkan di luar taman. “ Patung itu akan lebih sering terkena hujan dan panas,” ucapnya dalam hati, pati, akan cepat rusak.

          Waktu yang diminta pun telah usai. Sang raja kembali datang, untuk melihat pekerjaan pemahat. Ia pun puas. Namun, ada satu hal kecil yang menarik perhatiannya. ”Mengapa patung dirimu tak sehalus patung diriku ? padahal, aku ingin sekali meletakkan patung dirimu di dekat aptungku. Kalau ini yang terjadi, tentu aku akan membatalkannya, dan menempatkan mu bersama patung prajurit yang lain di depan sana.” menyesal dengan perbuatannya, sang pemahat hanya bisa pasrah. Patung dirinya, hanya bisa hadir di depan, terkena panas dan hujan, seperti harapan yang dimilikinya...........................................

2. REFLECTION


          Teman, seperti apakah kita menghargai diri sendiri? Seperti apakah kita bercermin pada diri kita ? bagaimanakah kita menempatkan kebanggaan atas diri kita? Ada kalanya memang, ada orang-orang yang selalu pesimis dengan dirinya sendiri. Mereka, kerap memandang rendah kemuliaan yang mereka miliki.

          Namun, apakah kita maa dimasukkan ke dalam bagian itu. Saya percaya, tak banyak orang yang menghendaki dirinya mau di masukkan sebagai orang yang pesimis. Kita akan lebih suka menjadi orang yang bernilai lebih. Sebab, Tuhan pun menciptakan kita tak dengan cara yang main-main. Tuhan menciptakan kita dengan kemuliaan mahluk yang smepurna.

          Dan teman, sesungguhnya, kita sedang memahat patung diri kita saat ini. Tapi patung seperti apakah yang sedang kita buat? Patung yang kasar, yang tak halus pahatannya, ataukah patung yang indah, yang memnacarkan kemuliaan-Nya? Patung yang bernilai mahal, yang menajdi hiasan terindah, atau patung yang berharga murah yang tak layak di letakkan di tempat utama?

          Memang, tak ada yang tahu akan ditempatkan dimana patung-patung diri kita kelak. Karena hanya Tuhan –lah yang Maha Tau. Karenanya, bentuklah patung-patung itu dengan indah. Pahatlah dengan halus, agar kita bisa ditempatkan di tempat yang terbaik, di sisi-Nya. Poleslah setiap sisinya dengan kearifan budi, dan kebijakan hati, agar memancarkan keindahan. Susuri setiap lekuknya dengan kesabaran, dan keihklasan. Pahatan yang kita torehkan saat ini, akan menentukan temapt kita di akhirat kelak. Bentuklah ” patung ” diri Anda dengan indah !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar